JALAN TENGAH PERDEBATAN ANTARA MENTERI KKP SUSI PUDJIASTUTI TAHUN 2014 - 2019 DENGAN MANTAN MENTERI KKP PROF. DR. IR. ROKHMIN DAHURI, MS TAHUN 2001 - 2004.
Judul asli tulisan ini adalah "Membangun Pondasi Bisnis Marine Culture Dari Nol" ditulis oleh Purnomo Tokyo - Jakarta. Tulisannya terpublikasi pada tanggal 1 Agustus 2019. Tulisan ini juga viral dalam bentuk format JPG.
Tulisan ini tersebar viral dikalangan Aktivis Nelayan, pengamat Perikanan dan Kelautan, Ahli Marine Culture dan para peneliti dari berbagai kampus. Semua menyimak tulisan ini. Bisa jadi tulisan ini jawaban terhadap Menteri KKP, bahwa ia tak diharapkan lagi menjadi pejabat Kelautan dan Perikanan karena memiskinkan nelayan tangkap dan merusaka tatanan Budidaya (Madine Culture).
Mari kita baca tulisan lengkapnya sebagai jawaban terhadap Menteri KKP Susi Pudjiastuti agar menjadi menteri dapat mengambil kebijakan secara onjektif baik melihat aspek struktural maupun kultural.
Serangan Susi Pudjiastuti terhadap Rokhmin Dahuri sangatlah emosional dan tidak objektif. Kalau sekedar berpendapat bahwa kalau mematikan industri perikanan, sama dengan mematikan ekonomi nasional dan menghentikan aktivitas nelayan sebagai objek perikanan kelautan.
Jawaban Susi Pudjiastuti ditwitter itu sangat emosional dan tempramental. Kalau mau menguji kesuksesan dan kelemahan Susi Pudjiastuti menjadi menteri juga tak bisa dibohongi. Jabatan Menteri dan kinerjanya merupakan nilai sosial yang ditanggung untuk memberikan yang terbaik. Karena kebijakan itu nafas dari nilai kemanusiaan. Nah, nilai itu diukur dari obkektifitas, apakah kebijakan itu dinilai baik atau tidak.
Berikut tulisan asli dari Purnomo dari Tokyo sebagai pengamat maritim, kelautan dan perikanan, adalah:
MEMBANGUN PONDASI BISNIS MARINE CULTURE DARI NOL
Sekilas judul diatas meremehkan industri di negeri tercinta ini. Faktanya industri marine cu|ture telah tersungkur akibat peraturan pemerintah yang dibuat dengan gegabah tanpa memiliki wawasan yang komprehensif. Optimisme yang kian kuat bangunannya ada pada marine culture. Empat tahun terakhir, Marine Culture alami porak-poranda dalam sekejap dan harus dibangun kembali mulai dari nol. Tak salah jika harus membangun mulai dari awal, bahkan dlbawah titik nol.
Sebagai sarjana lulusan S1 Perikanan yang terlahir yang tidak jauh dari pantai di bagian timur Jawa Timur. Juga terlahir dari ayah yang bekerja disebuah pabrik pengalengan Ikan di Bali. Ternyata memiliki kecintaan yang luar biasa pada perikanan. Sengaja memuji diri sendiri untuk menunjukkan kebanggaannya dibidang perikanan.
Apalagi Gus Dur, presiden waktu itu telah melahirkan kementerian baru, yaitu Kementerian Perikanan dan Kelautan. Sebuah terobosan yang luar biasa. Saya saja ingin memperkuat melalui doa. Apalagi mereka yang berada didalamnya. harusnya tahu bagaimana memperkokoh Kementerian Perikanan dan Kelautan.
Tulisan ini akan saya arahkan ke satu bidang yaitu perikanan budidaya Iaut, singkatnya saya sebut Marine Culture. Sebagai pemerhati amatiran dan masih mengamati dengan seksama tentang Merine Culture hingga tahun 2016. Setelah itu saya lebih asyik mendampingi anak berbisnis kopi. Meski uangnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan Marine Culture. Bisnis kopi juga pelik dalam pelaksanaannya.
Saya tergerak memberikan masukan karena menjadi Member Group What'sApp Marikultur Nasional. Disitu banyak tokoh dan ahli di bidang tersebut. Saya hanya kenal sebagian tokoh-tokohnya.
Karena keterbatasan dalam memahami lebih dalam tentang Marine Culture, mohon dimaklumi jika ada informasi yang salah atau kurang lengkap, apalagi sudah telanjur janji untuk memberikan masukan tentang bisnis Marine Culture.
Tulisan singkat dibawah ini saya buat untuk membantu menjelaskan persoalan Kelautan dan Perikanan karena hanya gaya itu yang bisa saya Iakukan. Tulisan ini tidak mengikuti kaidah penulisan yang benar. Silahkan nanti dimaknai dan disimpulkan apa isi dari tulisan ini. Utamanya untuk budidaya ikan di Iaut dengan Keramba Jaring Apung (KJA).
Karena keterbatasan waktu di pesawat dan kemampuan terbatas di otak saya karena mengantuk juga, maka tulisan ini tidak menggunakan prakata sebagai penghantarnya. Saya akan tulis langsung bagaimana Marine Culture ini dibangun dan menjadi produsen Marine Culture terbesar dunia.
1. Menteri Baru / Ganti Menteri
Perikanan dan Kelautan RI ingin maju ? Ganti Menteri yang baru. Solusi yang amat simple dan bakal jitu. Waktu 4 tahun cukup untuk mengamati bagaimana kinerja KKP. Key performance indikator keberhasilan dan kegagalan sudah ada pada beberapa media masa. Pertahankan yang bagus, seperti pemberantasan illegal fishing.
Jangan ditiru: membuat peraturan yang bisa menimbulkan huru hara ?. Kurangnya wawasan dan kurangnya kedalaman olah pikir membuat kemiskinan bertambah dan bahkan kemunduran perikanan budidaya. Mungkin menteri dan ahli disekitarnya alpa bahwa mengelola negeri yang besar dan masalahnya kian kompleks membutuhkan orang-orang ahli, bukan sembarang menteri asal berani.
Bukan soal penenggalaman kapal yang sering diunggah, lalu dicitrakan bagus. Banyak persoalan yang terjadi selama 4 tahun terakhir ini dalam setiap pengambilan keputusan. Bukan hanya dibutuhkan ketegasan dalam melaksanakan, tetapi dibutuhkan kemampuan melihat jauh kedepan dengan resiko paling buruk dan paling minimaI yang harus membutuhkan langkah mitigasi yang cepat, akurat dan tepat.
Beberapa peraturan menteri menimbulkan perlawanan dari nelayan tangkap dan pembudidaya. ltu sebuah pertanda ada masalah serius atas munculnya peraturan tersebut.
Bagaimana dampak ke Marine Culture ?. Dampak yang ditimbulkan berdampak sangat amat buruk. Silahkan bertanya dengan tokoh tokoh Marine Culture. Padahal laporan telah didengar menterinya. Ibarat anjing menggonggong kafilah tetap belalu. Ketidakmampuan pejabat dalam mendengarkan dan menyaring suara publik. Atas sikap itulah, telah memakan korban banyak 90% industri perikanan bangkrut dan mangkrak. Bukan soal mereka pelaku pencuri ikan.
Pelaku usaha Marine Culture kian tidak ada harapan. hopeless. lbarat anak ayam kehilangan induknya Iagi. Mereka hanya bisa berserah kepada Tuhan agar diberikan kekuatan Iahir batin. Sambil berdoa dan berharap sampai kapan ujian ini berakhir ?.
Kedepan. Watak sok berkuasa inilah yang harus dihindari bagi pejabat publik Kementerian Kelautan dan Perikanan. Peringatan juga bagi orang-orang yang berrninat menjadi atau ditunjuk sebagai penguasa. Sadarlah bahwa Anda kelak akan menjadi pejabat publik harus punya tanggungjawab publik. Yang dibutuhkan adalah pejabat yang memiliki leadership yang hebat. Karena diutus untuk memakmurkan rakyat. Bukan memelaratkan nelayan tangkap dan budidaya.
2. Humas Kian Alpa
Kementerian Kelautan dan Perikanan semakin dikenal kalangan luas. Termasuk para pecinta sinetron dan masyarakat yang bangga dengan gender-nya. ltu karena menteri wanita. Lulusan SMP yang kini 2 perguruan tinggi memberikan gelar doktor honoris causa. Spicless. Banyak pergerakannya diliput media masa. Gayung bersambut, media masa butuh berita unluk mengangkat ratingnya.
Sebagai professional. Saya menyebutnya peran public relation. Saya Iihat dari outputnya. Ada tingkah Iaku oknum Humas Kernenterian Kelautan dan Perikanan yang berlebihan. Saya yakin bahwa mereka berpendidikan dan belajar tentang public relation.
Anda telah memanfaatkan media dengan amat maksimal. Bahkan melebihi dari apa yang sesungguhnya terjadi, demi sanjungan terhadap menteri Anda yang mungkin memiliki hasrat kekuasaan.
Dari body language bisa saya baca bahwa ada target menterimu itu untuk naik kelas. Nggak sa|ah sih jika tidak pakai uang negara. Tidak mau ada berita yang mencacatkannya, tampak pula serangannya yang mudah dibaca di media. Anda ingat da|am personal branding, bukan hanya soal bagaimana mengemas berita menjadi apik tetapi harus pula padu padan antara berita dan kenyataan.
Kembalikan tala kelola kehumasan dengan benar sehingga kinerja kementerian betul-betul memberikan manfat bagi semua pelaku usaha perikanan dan kelautan dinegeri ini. Sayang jika hanya untuk kepentingan pencitraan individu.
3. Hadirkan Pelaku Usaha untuk Berembug
Pernah ada kesempatan mendengarkan sebuah konferensi Akuakultur khususnya Marine Culture. Saya sedikit komentar waktu itu. Bahwa pelaku Marine Culture harus dllindungi dan dikuatkan. Orang-orang ini harus berhasil da|am usahanya. Mereka menghadapi banyak tantangan. Bukan hanya tantangan budidaya seperti para pelaku budidaya lainnya. Tetapi juga menghadapi tantangan alam yang terkadang tidak bersahabat.
Begitu juga cara mengelola sumber daya manusia diusaha ini, mereka harus melakukan pendekatan secara spesifik sehingga mereka bisa betah bekerja disitu dan berprestasi. Jika mereka tidak dilindungi, siapa lagi yang akan menggantikannya. Maka bisa jadi tidak ada lagi orang yang berusaha disitu. Yang mungkin bertahan hanya budidaya Marine Culture di daratan.
Berapa lama budidaya ikan di KJA Laut ?. Bisa 6 hingga 1 tahun ?. Duit dari mana mereka ?. Mereka mau bertahan meskipun budidayanya Iebih lama daripada budidaya udang. Dengan jerih payahnya, kemadiriannya, tiba-tiba collapse oleh peraturan pemerintah yang tidak pernah dibicarakannya ?. Benarkah pengelola negeri berlaku cara demikian ini ?. Benarkah industri yang collapse itu mereka mencuri ikan?.
Penguasa yang akan datang harus mampu merangkul kembali para pelaku untuk bangkit. Mungkin tidak mudah karena mereka telanjur rugi jutaan hingga milyaran. Tapi harus dilakukan untuk secara bersama-sama membangun ketahanan pangan dinegeri ini melalui Marine Culture. Meyusun stategi Marine Culture Indonesia tidak cukup dengan para ahli yang ada di Kementerian Kelautan dan Perikanan, tetapi dibutuhkan berbagai pihak untuk didengarkan masukannya. antara Iain dari para pelaku usaha terkait dan para akademisi yang terkait pula, serta para kepala dinas perikanan yang memiliki persoalan yang sama di bidang Marine Culture.
4. R & D Masa Depan
Saya mendengar banyak orang berpendapat hal yang sama. Kunci kesuksesan adalah bagaimana mengembangkan genetic.
Tujuannya hanya 1 saja yaitu menemukan induk yang menghasilkan benih yang cepat tumbuh dan tahan terhadap penyakit. Indonesia bisa memilih para ahli-ahli tersebut yang memiliki dedikasi dan komitmen tinggi. Bila perlu kita uji para keahlian tersebut.
Saya tidak tahu sejauh mana upaya R & D yang dilakukan selama ini. Saya sebagai salah satu orang yang pernah duduk pada komisi pengembangan yang dibentuk oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan. Saya melihat banyak kelemahan para peneliti yang ada di KKP. Tentu tidak bisa saya kemukakan disini. padahal mereka menyebut dirinya peneliti.
Penelitian terhadap jenis ikan apa saja?, sebaiknya tidak perlu dimulai dengan komoditas ikan yang baru. Tetapi meneliti apa yang telah dicapai saat ini menggunakan anggaran dengan mencari alasan karena untuk berhemat. Mendengar alasan itu. Batupun semak belukar pun tertawa karena manusia tidak sanggup lagi mentertawakannya.
Kelak dengan menteri yang baru. Kurang buang uang untuk aneka seremoni yang membakar uang untuk kepentingan pribadi. Saya orang awam bisa membayangkan, berapa duit yang dibakar untuk upacara penebaran benih ikan pada KJA offshore di Pangandaran?. Berapa duit untuk acara penebaran ulang benih lobster? Kepentingan siapa dan dimana yang diperoleh atas keluarnya uang rakyat tersebut?. Mesti sama-sama kita tanyakan pada ombak yang sedang bergoyang disana.
6. SOP
Yang dimaksud Standard Operating Procedure ini adalah bagaimana budidaya ikan di laut memiliki standard tersendiri. Saya tidak memahami soal detail budidaya. Sebaiknya pelaku bersepakat. Mungkin saja sudah ada pada Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB). Apakah Marine Culture dengan KJA tercantum pada CBIB ?.
Bolehkah kita membangun bisnis di Indonesia, misalnya bahan baku dari China. Tenaga kerja dari China. Hasil produksinya untuk luar negeri. Sementara mereka menciptakan polusi di negeri ini ?. Mungkin juga bidang Marine Culture Business. Inipun harus ditata dalam SOP atau ketentuan Iainnya sehingga perairan kita tetap terjaga dengan baik
Saya memberikan contoh dalam budidaya udang. Mereka pada tersesat. Biasanya orang sesat itu jumlahnya lebih kecil. Tetapi sesat budidaya udang itu anggotanya paling banyak, termasuk kongsi saya di bidang ini. Dimana sesatnya ?. Pelaku budidaya berupaya keras memproteksi ancaman penyakit yang masuk ke ko|am dengan biosecurity yang ketat. Banyak caranya.
Tetapi. Sampai titik mana penelitian terkait ikan bandeng ?. Bagaimana dengan ikan bandeng yang ada di Filipina, lebih baikkah ?. Itu bisa ditelusuri tentang masa pemeliharaan (FCR) dan Iainnya. Apa yang dilakukan oleh pemerintah mendorong masyarakat menjadi gemar makan ikan bandeng ?. Masih adakah masyarakat yang tidak mengenal bandeng tanpa duri ?.
Bagaimana peran pemerintah memfasilitasi perlengkapan rantai dingin agar produk bandeng lebih fresh ?. Kegiatan pembinaan dan pemasaran apa yang dilakukan oleh pemerintah ?. Bagimana menghidupkan kembali pembudidaya bandeng untuk umpan tuna ?. Tentu harus ada armada yang menangkap ikan tuna ?. Bagaimana mendalami pasar ekspor ?. Kualitas daging bandeng pada level mana yang dikehendaki importer luar negeri ?. Bagaimana menjaga kawasan budidaya ikan bandeng tetap jaya agar tidak ganti peruntukan ?. Bagimana menjembatani kerjasama eksporler bandeng dan pembudidaya ?. Banyak aspek terkait ikan bandeng yang bisa menghidupkannya.
Sampai titik mana penelitian yang terkait dengan kerapu ?. Mengapa Malaysia dan Thailand lebih maju di bidang Indonesia ?. Saya yakin alasannya sudah dipahami. Tetapi bagaimana strategi bertumbuh dan kelak menyalip mereka ? katakanlah Malaysia memproduksi ikan kerapu misal 10 kali lipat dari Indonesia.
Klta sama-sama menetapkan kapan produksinya menjadi 5 kali lipat ? Bukankah sudah banyak orang kita yang nengok kesana ? Bagaimana penelitian yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta ?. Produsen pakan apa saja yang mendukung budidaya ini ?. Semua bisa berkomunikasi dengan GPMT.
Sampai titik mana penelitian yang terkait dengan ikan kakap putih dan bawal bintang ?. Mana produk yang punya market dan kompetitif di pasar local atau global ?. Dimana keunggulan dari negara pesaing ?.
Penelitian yang sudah telanjur di bidang ini harus dilanjutkan. Tidak boleh berhenti. Pelaku swasta mana yang mau masuk bisnis ini ? apa yang perlu di support pemerintah ?. Hati-hati dengan pernyataan bahwa swasta akan diberi peran lebih. Mungkin betul untuk bidang tenentu. Akan tetapi untuk urusan budidaya. perIu pemerintah dalam urusan R & D.
Empat jenis ikan diatas bisa didorong lebih kuat karena sudah banyak dilakukan di Indonesia. Lebih dalam bisa mengajak para pelaku terkait dengan mengundang para tokoh yang terjun dibidangnya
Pemerintah harus memiliki atau menunjuk balai penelitian yang khusus dibiayai pemerintah Indonesia. Jangan libatkan donator dengan dalam penelitian apapun. Tujuannya adalah Indonesia memiliki balai penelitian yang hasilnya harus dirahasiakan. Disini tampak begitu terbuka soal penelitian dan hasilnya. Apalagi didanai pihak asing. Tidak ada rahasia lagi di negeri ini. Semuanya mudah dibaca dan di copy. Bagaimana negeri ini bisa bersaing dengan strategi telanjang bulat ?. Harus ada perubahan !
5. Budget Pemerintah
Stakeholder bidang Marine Culture harus duduk bersama untuk menyusun strategi membangun Marine Culture Indonesia. Pilihan strategi yang dipilih harus diwujudkan sama-sama. Bila perlu menetapkan target produksi 5 tahun kedepan atas komoditas tersebut.
Jer Basuki Mawa Beyo. Tidak ada kemakmuran tanpa uang. Jika Indonesia ingin maju dibidang Akuakultur. Wajib adanya anggaran dana yang cukup untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Jangan membuat Ielucon yang nggak bermutu. Tidak mampu. Yang berat adalah kehilangan pasar. Dengan merosotnya angka produksi berarti peluang pasar diisi dari negara lain, saya yakin negara tetangga beruntung. Untuk meraihnya lagi. Perlu effort yang luar biasa. Ini yang nggak sampai dipikirkan oleh pembuat peraturan seperti sekarang ini.
8. Komunikasi
Ketika stakeholders membuat kesepakatan untuk membangun Marine Culture. Harus ada bagian yang khusus mengkomunikasikannya. Harus ada juru bicaranya agar komunikasinya bisa Iebih terarah dan efektif.
Kalau setiap orang diberi panggung berhadapan dengan wartawan. Bisa saja, tetapi harus dalam satu koordinasi guna menghindari asbun, asal bunyi. Sepertinya ini sederhana. Tetap harus dikelola dengan baik agar tidak semua informasi keluar ke publik. Apalagi untuk hal-hal yang strategis dan bersifat rahasia. Hal hal semacam ini tidak boleh bocor kepada pihak asing dan pihak pelaku yang bekerjasama dengan asing, contoh Vessel Monitoring System dibocorkan.
Penutup
Ternyata kemampuan menulis juga ada batasnya, ada batas kemampuan Iiterasi ditengah para penumpang lain yang sebagian besar tertidur lelap, saya dilihat pramugari sedang asik mengetik apa. Sekali ke ruang makanan untuk minta teh panas. Tidak tersedia minuman tolak angin.
Ternyata pula tidak semuanya bisa saya tulis. Mungkin saja yang saya tulis bukan sesuatu yang baru. Mudah-mudahan didalam kesempatan lain ada penemuan terkait Marine Culture. Disitu baru saya bisa mendapatkan informasi dan membaca persoalan Iebih jelas.
Mohon maaf jika ada kalimat yang kurang berkenan. tidak ada maksud konstruktif. Saya berharap ada menteri baru di Kementerian Kelautan dan Perikanan. Sudah cukup ujian berat begitu mereka menghadapi masalah seperti budidaya udangnya terkena penyakit, tanpa treatment apapun. Air yang membawa penyakit dibuang ke perairan lepas.
Kelakuan ini biasa saja. Tidak ada perasaan salah bahwa mereka mencemari pelaku lainnya atau penyakit bakal menulari tetangganya. Bukankah ini mereka sedang tersesat ?. Bagaimana nanti jika investor asing dengan duit tanpa seri masuk dan investasi di Indonesia ? bisa saja mereka mengikuti cara yang seolah lazim dilakukan oleh pelaku budidaya udang di Indonesia. Mereka akan ikut tersesat. Jangan-jangan pemerintah malah ikut sesat.
Saya pernah ingatkan, tentu tak punya arti ditengah mereka yang sedang menikmati promosi. Hanya pemegang kekuasaan yang bisa mengaturnya agar lebih tertib. Jangan mimpi produksi udang akan menyalip India atau Vietnam jika perilakunya masih demiklan dalam membuat peraturan.
Dengan ilustrasi diatas. Bisa juga pelaku Marine Culture merumuskan SOP yang wajib dlikuti oleh pelakunya. Tujuan jangka panjangnya agar produksi ikan hasil Marine Culture terus meningkat dari tahun ke tahun.
7. Pemasaran ikan
Tidak cukup hanya meneliti. memproduksi dan memproses hasil Marine Culture. Strategi pemasaran Marine Culture business harus dirancang dari awal. sejak budidaya ikan hingga bagaimana ikan diterima konsumen.
Para pelaku Marine Culture tentu ada yang sudah memahami seutuhnya. Memahami sebagian besar ataupun memahami sebagian kecil. Kita tldak Iagi menghadapi pesaing dalam negeri, tetapi juga pesaing asal Iuar negen‘.
Kalau membahas ini lebih panjang Iagi. saya stop disini dulu. Bisa dibahas di waktu yang lain agar bisa menyusun konsep untuk untuk beberapa industry perikanan, tidak boleh terlalu lama. Mestinya tanpa harus menunggu kabinet yang baru supaya segera tancap gas. Semoga kelak Pak Jokowi dapat memilih Menteri Kelautan dan Perikanan yang pas dengan tantangan jaman, ahli perikanan dan kelautan serta memiliki integritas yang tinggi untuk mensejahterakan nelayan
Rabu, 07 Agustus 2019
Selasa, 06 Agustus 2019
Penilaian Indikator Kinerja Pelaksaan Anggaran IKPA
Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Bone Mendapat Peringkat Kedua pada Penilaian Indikator Kinerja Pelaksaan Anggaran (IKPA) Semester II tahun Anggaran 2019 Lingkup KPPN Watampone (wilayah Bosowa), Peringkat pertama diraih oleh Polres Soppeng
Piagam penghargaan diserahkan langsung oleh kepala KPPN Watampone Bapak Rintok Juhirman dan diterima oleh Bapak Nurdin Kasim selaku Kepala SUPM Bone yang merupakan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) SUPM Bone
Piagam penghargaan diserahkan langsung oleh kepala KPPN Watampone Bapak Rintok Juhirman dan diterima oleh Bapak Nurdin Kasim selaku Kepala SUPM Bone yang merupakan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) SUPM Bone
Minggu, 04 Agustus 2019
Langganan:
Postingan (Atom)