Senin, 12 September 2016

ISTIQOMAH, ISTIGFHFAR DAN ISTIKHARAH

ISTIQOMAH
Sering kita mendengarkan kalimat istiqomah dalam setiap menjalankan suatu kegiatan, khususnya dalam masalah ibadah dan pekerjaan.
Misalkan saja ada seorang muallaf (orang baru masuk islam) yang mulai beribadah sholat 5 waktu, akhirnya ada temannya yang berkata “Semoga istiqomah bro ibadahnya…”.
Atau ketika sedang memulai suatu pekerjaan baru, kemudian teman-temannya berkata “keep istiqomahnya dalam berusaha ya… semangat!”. Dan masih banyak lainnya.
Lalu dalam pandangan islam, apa itu istiqomah? Kata istiqomah memiliki arti Tegak, lurus, atau dalam bahasa lainnya yaitu konsisten.
Para Ulama yang Memberikan Definisi dari Kata Istiqomah
·         Abu Bakar Ash-Shiddiq R.A: Istiqomah itu tidak menyekutukan Allah dengan apapun juga.
·         Umar bin Khattab R.A: Istiqomah itu hendaknya untuk bertahan dalam satu perintah atau larangan dan tidak berpaling dari yang lain layaknya seekor musang.
·         Utsman bin Affan R.A: Istiqomah artinya ikhlas.
·         Ali bin Abi Thalib R.A: Istiqomah adalah melaksanakan suatu kewajiban.
·         Dari Ibnu Abbas R.A: Istiqomah itu memiliki 3 macam arti: Istiqomah dengan lisan (Bertahan terus dalam membaca Syahadat), istiqomah dengan hati (Melakukan segala sesuatu dengan niat dan jujur) dan istiqomah dengan jiwa (Selalu melaksanakan ibadah dan ketaatan kepada Allah secara terus-menerus tanpa terputus).
·         Dari Ar Raaghib: Istiqomah itu tetap di atas jalan yang lurus.
·         Dari An Nawawi: Tetap dalam ketaatan (Kitab Riyadusshalihin). Jadi istiqomah mengandung pengertian bahwa: “Tetap dalam ketaatan dan di atas jalan yang lurus dalam beribadah kepada Allah SWT”.
·         Dari Mujahid: Istiqomah adalah komitmen terhadap kalimat syahadat dan tauhid sampai bertemu dengan Allah ‘Azza wa Jalla.
·         Dari Ibnu Taymiah: Istiqomah dalam mencintai dan beribadah kepada Allah tanpa kearah menoleh ke kanan kiri.

Dalam sebuah ayat Al-Qur’an, Allah berfirman yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami adalah Allah kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (Q.S Fushilat: 30)
Menurut tafsir ‘Aisar, yang dimaksud dari istiqomah ialah mereka yang betul-betul yakin kebenaran agama islam, dengan tidak menukar dengan kepercayaan lain.Serta konsisten dalam menjalankan ibadah dan menjauhi kemungkaran, maka malaikat akan turun 2 kali kepadanya.
Ayat ini diperkuat dengan sebuah hadits, seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW: “Ya Rasulullah SAW tolong ajarkan sesuatu kepadaku yang paling penting dalam islam dan saya tidak akan bertanya lagi kepada siapapun.
Nabi menjawab: “Katakanlah aku beriman kepada Alah, kemudian istiqomah (Konsisten menjalankan perintahnya dan mejauhi larangan).
Orang yang istiqomah selalu kokoh dalam menjaga aqidahnya dan tidak akan goyang keimanannya dalam menjalani tantangan hidup. Walaupun kantong kering ataupun tebal, Dihadapi oleh bermacam-macam hal yang haram, dicaci maki dan dipuji, sekali sudah konsisten maka tidak akan ada yang mampu meroboh keistiqomahannya.
Intisari dari Arti Istiqomah
Jadi yang bisa kita dapatkan dari yang itu semua adalah, istiqomah memiliki arti konsisten dalam melakukan kebaikan. Teguh dalam satu pendirian dan tidak akan tergoyahkan oleh berbagai macam rintangan dalam mendapatkan ridho Allah Ta’ala.
Jangan sampai salah dalam mengartikan kata istiqomah ke dalam suatu yang buruk, suatu hal yang buruk janganlah di dukung dan diberi semangat. Cukuplah untuk orang-orang yang berusaha melakukan kebaikan dan diberikan semangat berupa kata konsisten.

ISTIGHFAR
 Istighfar atau Astaghfirullah adalah tindakan meminta maaf atau memohon keampunan kepada Allah yang dilakukan oleh umat Islam. Hal ini merupakan perbuatan yang dianjurkan dan penting di dalam ajaran Islam. Tindakan ini secara harfiah dilakukan dengan mengulang-ulang perkataan dalam bahasa Arab astaghfirullah, yang berarti "Saya memohon ampunan kepada Allah".
Seorang Muslim menyebut perkataan ini beberapa kali, bukan saja ketika meminta ampun dari Allah sebagai doa, malah juga ketika dia sedang berbicara dengan orang lain. Apabila seorang Muslim hendak mencegah dari melakukan perbuatan yang salah, atau saat ia mau membuktikan bahwa dia tidak bersalah pada satu peristiwa dia menggunakan pernyataan ini. Setelah salat, seorang Muslim dianjurkan melafalkan perkataan ini sebanyak tiga kali.
Istighfar dalam filosofi Islam bermakna seseorang yang selalu memohon ampunan atas kesalahan dan terus berusaha untuk menaati perintah Tuhan dan tidak melanggarnya. Dalam Islam, makna Istighfar tidak terletak pada pengucapannya, namun pada seberapa dalam seseorang yang beristighfar memaknai dan menghayati apa yang ia ucapkan, dalam konteks yang lebih jauh lagi, agar ia terus mengingat Tuhan di saat ia tergoda untuk melakukan perbuatan dosa, dan apabila telah melakukan dosa, maka istighfar adalah titik baginya untuk bertekad tidak mengulangi perbuatannya.
Rasulullah bersabda, ”Iblis berkata kepada Tuhannya, ’Dengan keagungan dan kebenaran-Mu aku tak akan berhenti menyesatkan Bani Adam selama mereka masih bernyawa. ‘Lalu dijawab oleh Allah,’ Dengan keagungan dan kebenaran-Ku, (maka) Aku (Allah) tak akan berhenti mengampuni mereka selama mereka (tetap) beristighfar.’” (HR. Ahmad)
Istighfar merupakan permohonan ampunan dari manusia selaku hamba yang memiliki sifat ketergantungan kepada Allah. Permohonan ini ditujukan semata-mata ditujukan kepada Allah, tidak kepada yang lainnya; dan bersifat langsung tanpa melalui perantara, sehingga merupakan permohonan ampunan yang amat murni. Artinya, permohonan ampunannya itu tumbuh dari hati nuranunya untuk mencapai hubungan yang bersih murni dengan Allah dan karena ketakutannya akan ditimpa cobaab ataupun nasib buruk, karena menyadari dirinya berdosa kepada Allah, padahal ia telah meyakini sekali bahwa bahagia dan celakanya ada di ujung jari Allah, sedangkan Allah sangat mudah untuk menjungkirbalikkan nasib dirinya, kecuali jika Allah mengampuninya.
Untuk itulah ia beristighfar, memohon ampunan.Lau apakah dengan istighfar sama dengan bertobat? Dalam hal ini tobat mempunyai kedudukan yang lebih tinggi. Dalam bertobat, seseorang terikat untuk melaksanakan syarat-syarat pertobatan; bila ia melanggarnya, maka tobatnya dengan sendirinya menjadi tertolak.
Istighfar merupakan bagian dari tobat atau pertobatan. Meski demikian, istighfar memiliki nilai yang tinggi diantara amalan-amalan ibadah, khususnya dalam kelompok ibadah dan zikir. Beristighfar haruslah diniatkan untuk mendapatkan ampunan Allah, tidak hanya untuk dosa pada saat ini, tetapi juga dosa masa lalu serta dosa masa mendatang kalu memang ada.
Ini merupakan kewaspadaan batin,karena dosa kesombongan meski seberat debu ternyata telah menyebabkan orang tidak masuk surga, lebih-lebih bila dalam diri kita masih banyak bertumpuk berbagai macam dosa.Istighfar ibarat sabun pencuci dosa. Dengan membiasakan istighfar, maka setiap ada dosa sedikit, dosa itu dapat segera terhapus sebelum terlanjur berkarat dalam hati dan jiwa serta menjadi noda yang sulit hilang yang senantiasa terbawa kemana pun ia pergi seumur hidupnya.

ISTIKHARAH
Istikharah merupakan selalu memohon petunjuk kepada Allah SWT. Dalam setiap langkah dan penuh pertimbangan dalam setiap keputusan. Setiap orang mempunyai kebebasan untuk berbicara dan melakukan suatu perbuatan. Akan tetapi menurut islam, tidak ada kebebasan yang tanpa batas, dan batas-batas tersebut adalah aturan-aturan Agama. Maka seorang muslim yang benar, selalu berfikir berkali-kali sebelum melakukan tindakan atau mengucapkan sebuah ucapan serta ia selalu memohon petunjuk kepada Allah.
Nabi Muhammad SAW. bersabda: "Barang siapa yang beriman kepada Allah SWT. dan hari akhir., maka berkatalah yang baik atau diamlah (HR. Al-bukhari dan muslim dari Abu Hurairah)
Orang bijak berkata "think today and speak tomorrow" (berfikirlah hari ini dan berbicaralah besok). Kalau ucapan itu tidak baik apalagi sampai menyakitkan orang lain maka tahanlah, jangan di ucapkan, sekalipun menahan ucapan tersebut terasa sakit. Tapi apabila ucapan itu benar dan baik maka katakanlah jangan ditahan sebab lidah kita menjadi lemas untuk bisa meneriakkan kebenaran dan keadilan serta menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar.
Mengenai kebenaran ini, melainkan Jibril pernah datang kepada Nabi Muhammad SAW. untuk memberikan rambu kehidupan, Beliau bersabda :
"Jibril telah datang kepada ku dan berkata: Hai Muhammad hiduplah sesukamu, tapi sesungguhnya engkau suatu saat pasti akan mati, cintailah apa yang engkau sukai tapi engkau suatu saat pasti berpisah juga dan lakukanlah yang engkau inginkan sesungguhnya semua itu ada balasanya (HR. Baihaqi dan Jabir)."
Sabda Nabi Muhammad SAW Ini semakin penting untuk diresapi ketika akhir-akhir ini dengan dalih kebesaran, banyak orang berbicara tanpa logika dan data yang benar dan bertindak sesukanya tanpa mengindahkan etika agama. Para pakar barangkali untuk saat-saat ini, lebih bijaksana untuk banyak mendengar daripada berbicara yang kadang kadang justru membingungkan masyarakat. Kita  memasyarakatkan Istikharah dalam segala langkah kita, agar kita benar benar bertindak secara benar dan tidak menimbulkan kekecewaan di kemudian hari.
Nabi Muhammad SAW. bersabda: "Tidak rugi orang yang beristikharah, tidak akan kecewa orang yang bermusyawarah dan tidak akan miskin orang yang hidupnya hemat (HR. Thabrani dan Anas)"




Tidak ada komentar:

Posting Komentar